-->

Mengenal Buya Hamka

Diam-diam Prof, Dr. Buya Hamka pernah jadi kolektor tongkat  yang sering terjadi kejaiban yang jarang kita temui dalam berbagai kisah lainnya nah oleh karenanya saya akan menjabarkan kisah unik ini dari sang tokoh 
serta ulama yang satu ini:Suatu 
Hari Seorang wanita muda
Dengan tergopoh-gopoh  memasuki ruang tamu rumah hamka dijalan Raden patah, kebayoran baru, jakarta. peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1977-1978.Farida,nama wanita asli Betawi kelahiran Tanah abang itu bercerita sambil terus biarkan air matanya berseliweran diwajahnya.wanita itu menggaku bersuamikan orang sumatra yang sewaktu menikah bersedia masuk islam awalnya, rumah tangga mereka yang berdomisili dijakarta berjalan sangat harmonis dan bertaburkan kebahagiaan. tapi, suatu hari sang suami mengajaknya pindah kekampung kelahiran suaminya,
kepindahan itu atas ke permintaan keluarganya.dari sini duka cita itu datang, tobing suami Farida ternyata murtad  dan kembali mengikuti kembali agama nenek moyangnya.Farida dan anak-anaknya juga dipaksa mengikuti jejak suaminya untuk bermurtad,salah satu
anaknya yang masih kecil 
bahkan sudah dibaptiskan 
disebuah gereja dikota itu.
Farida masih bertahan pada keimananya, meski setiap kali diperlakukan tidak baik oleh suaminya namun ketika tekanan batin dan siksaan itu semakin hari semakin tak tertahankan lagi. Farida kabur kejakarta. kedua orangtuanya menganjurkan agar 
Farida memohon perlindungan kerumah Buya Hamka, yang saat itu dikenal sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Selain bersembunyi, Farida meminta tolong pada Buya hamka,agar bersedia menguruskan percerainnya dengan bantuan Amiruddin siregar, sekrestaris (MUI), perceraian Farida diurus kekantor pengadilan Agama jakarta. sambil menunggu keputusan pengadilan dan agar lebih aman, Farida bersama anak-anaknya dipersilahkan tinggal bersama keluarganya dirumah Buya Hamka.mereka dianggap sebagai anggota keluarganya. namun Farida tidak berani keluar karena tobing ternyata menyusul ke jakarta dan mondar mandir dijalanan dekat rumah  Buya Hamka.kadang ia terlihat dengan beberapa temannya, sehingga anak-anak lelaki buya pun berusaha meningkatkan kewaspadaanya.

Kisah unik yang jarang diketahui dari tongkat-tongkat Ajaib Buya Hamka
Suatu hari Tobing bersama teman-temannya yang berkulit hitam dan berambut godrong memberanikan diri mengetuk pintu Sang guru Buya Hamka. saat itu rumah agak sepi karena jam kerja dan anak-anak laki-laki pergi kekantor.dengan sikapnya yang tidak simpatik mereka langsung masuk dan duduk tanpa lebih dahulu dipersilahkan.Tobing menuntut agar istri dan anaknya diserahkan, dengan sangat ketakutan, Farida pun langsung membawa Anak-anaknya ke kamar dan memeluk mereka 
erat-erat. Bapak tidak berhak menahan istri dan anak saya disini" kata Tobing dengan nada tinggi dan sikap tidak sopan terhadap Buya Hamka.
pertengkaran pun tak terhelakan.
Dengan Kalem Buya Hamka mundur dan mengambil salah satu tongkat yang berujung runcing berlapis besi. setelah berdoa sejenak, ia langsung mengentakan ujung tongkat itu kelantai, dengan suara keras dia membentak dan menghardik pemuda murtad itu keluar" katanya sambil mengacungkan ujung tongkat itu ke mata tamu kurang ajar itu.

USAI TERJATUH DARI TANGGA MASJID AL-AZHAR DENGAN MENGGUNAKAN TONGKAT LAGI
Tobing dan kawan-kawannya terlihat ketakutan sehingga langsung angkat kaki dari rumah itu, Ya para pemuda yang sok jagoan itu tersebut ternyata sangat pengecut, tapi diluar itu ada sesuatu keajaiban mana mungkin anak-anak muda yang berotot itu langsung tunggang langgang melihat tongkat yang dibawa oleh Buya Hamka.
Masya Allah, ayah hampir menusuk sikafir itu dengan tongkat ini, ucap putra-putrinya usai kejadian yang baru saja berlangsung diruangan tamu rumahnya,anak-anak tidak bisa membayangkan, bagaimana jadinya seandainya anak-anak muda yang itu mendatangi rumahnya melakukan perlawanan.masalahnya,selain ayah mereka sudah sepuh dan hanya sendirian.anak-anak muda itu datang dengan penuh dendam kesumat, Buya Hamka hanya tersenyum saat mendengar kecemasan 
putra-putrinya itu.
Akhir cerita,permohonan cerai Farida dikabulkan dan hak asuh anak-anaknya pun diserahkan kepadanya.kini Farida sudah menikah kembali dengan 
pria yang seiman.Tongkat 
Ajaib diatas adalah satu diantara 11 tongkat yang dikoleksi tokoh Muhammadiyah putra Dr, Syekh Abdul Karim Amrullah, Tokoh pelopor dari Gerakan islam kaum muda Minangkabau. Tongkat-tongkat itu hadiah dari sahabat dan pejabat dari berbagai negara. salah satu tongkat tersebut terbuat dari gading gajah, diserahkan oleh nyonya Rahmi Hatta, beberapa hari setelah proklamator kemerdekaan.
POOR OLD MAN konon berjalan dengan tongkat itu membuat seseorang tampak lebih ganteng,sehingga pernah diselenggarakan lomba Raja Tongkat, Karena itu mesti masih tergolong muda, Buya saat itu kemana-mana menggunakan tongkat.itu bertemu presiden Soekarno,proklamator kemederkaan Republik Indonesia itu langsung berkomentar, Buya kelihatan lebih tua.
Setelah pindah kejakarta Tahun 1950, Buya tidak lagi menggunakan tongkat.begitu juga ketika mengadakan perlawatan ke Amerika serikat tahun Tahun 1952,tongkat-tongkat itu tidak menyertainya lagi,entah karena disebut lebih tua, oleh Bung Karno,atau karena Buya Hamka bosan terhadap tongkat-tongkatnya itu.tapi tahun 1960, usia mengimami shalat magrib dimasjid Agung Al-Azhar, Buya tiba-tiba tergelincir saat menuruni 46 tangga masjid diwilayah kebayoran baru, tumitnya bengkak,dan kata dokter ruas tumitnya ada yang patah dan harus digips 
untuk beberapa lama.
Sejak itulah jalan buya hamka menjadi tertatih-tatih,padahal seorang buya tidak mungkin berpangku tangan menikmati rasa ngilu ruas tumitnya yang patah itu,ia terus berkelana mengajar, berdakwah, berkhotbah, juga melakukan aktivitas sehari-hari dan kegiatan keagamaan yang lain. sejak itu setiap berpidato. ia selalu minta dusediakan kursi.dan kemana pun pergi ia selalu membawa tongkat. meski kaki digips, buya hamka tetap saja aktif. karena itu Almarhum isa anshary sempat meledaknya saya harap. kakanda melangkah terus.
Awaklah jangkang kuat juo janyo'
Buya, yang dimaksudnya, sudah hampir mati kuat juga. Tapi, Almarhum presiden Soekarno pernah menyuruh saya supaya tidak memakai tongkat, karena kelihatan lebih tua.
Suatu hari tahun 1974, Hamka memperoleh gelar doctor honoris causa dari Universitas malaysia.Dalam suasana resmi dikantor perdana menteri malaysia. Buya Hamka adalah satu-satu orang yang ikut pawai dengan menggunakan tongkat. dengan salah satu tongkatnya. dia berjalan dibelakang penasihat universitas tersebut mendahului sarjana-sarjana yang baru diwisuda.kemudian dia dipersilahkan berdiri untuk dikenakan toga kesarjanaan.dan
semua itu berlangsung dibawah sorotan mata tamu-tamu terhormat,cahaya spotlight TV dan kilatan lampu blitz para kamerawan.Promovendus Prof, Dr. Hamka adalah pujangga islam yang menjadi kebanggaan semua rumpun melayu. kata PM tun razak merangkap presiden universitas tersebut dalam pidatonya. Hamka bukan hanya milik bangsa indonesia tapi juga kebanggaan bangsa-bangsa asia Tenggara 

BUYA HAMKA PERNAH JADI PENGENCER BUKA AGAMA
Tahun tahun-tahun berikutnya, kegiatannya berdakwah makin meningkat.sejak keluar dari tahanan pada tahun 1966 penggembaraan semakin padat dan jauh.Malaysia menjadi pelanggan utamanya setiap tahun dia pasti kesana. 
Negara-negara di timur tengah, Afrika, dan Eropa juga didatanginya berkali-kali.Tongkat pun tak pernah lepas dari tangganya terutama ketika memasuki auditorium konferensi internasional dan istana raja atau presiden.Tongkat pula yang menemaninya berkeliling ka'bah.mengunjung masjid cordoba atau alhambra di spanyol.dengan tongkat 
pula dia melepaskan penat 
dibandara-bandara internasional  ketika menungggu connecting flight. tapi fungsi tongkat itu laksana bantal untuk menopang kepalanya yang terkulai berlandas tangan ketika duduk dikursi tunggu.sehingga tak ada orang yang mengenalnya,kecuali
ucapan Oh poor old
 man dari pramugari.
suatu hari buya kedatangan tiga orang tamu pengecer buku-buku agama tamu-tamu di diterima rusdi, putra buya hamka,dengan ramah, saat itu, rusdi memberi tahu dengan sopan kepada mereka bahwa yang memiliki rumah adalah seorang haji yang sudah sepuh.tapi pengecer buku-buku agama itu malah tambah galak dan bersemangat menawarkan buku-bukunya, ia berusaha meyakinkan tuan rumah, agama yang dianutnya lebih hebat dan benar. pertengkaran pun tak terhindarkan.sehingga 
memancing buya untuk 
keruang tamu.
pergilah kerumah orang-orang yang seagama dengan kalian" ujar buya dengan datar. maklum.ketika itu buya dan putra-putrinya sedang bersiap-siap Pergilah ke rumah orang-orang yang seagama 
dengan kalian"ujar buya dengan nada datar. maklum, ketika itu Buya dan putra-putrinya sedang bersiap-siap makan.Tapi ternyata saran itu tidak digubris. mereka malah berusaha bertahan sambil mengubah taktik, pasang wajah yang lebih ramah lagi.Buya kembali kebelakang dan muncul dengan sebatang tongkat, mau keluar atau tidak' bentak sambil mengancungkan tongkat itu hingga nyaris menggores hidung salah seorang dari pengencer itu.Barulah setelah itu ngeloyor satu-satu. ketakutan.
peristiwa ini terjadi dimekah tahun 1974 diperkampungan syamiah, perkampungan orang-orang syam (syiria) tidak jauh dari masjidilharam. saat ini ada seorang wanita berseru kepada buya dengan nada sangat ketakutan,Buya...buya...tolong, ada apa?Tanya buya, yang saat itu bersama istrinya tengah mengaji dirumah syekhnya.
Saya diganggu beberapa lelaki orang hitam, jawabnya dengan wajah pucat. buya segera meletakan Al-Qur'an yang tengah dibaca dan menggambil tongkatnya menemuai orang-orang hitam itu.adu mulut pun tak terelakan. kedua belah pihah sama-sama gigih.ibu Hamka memandang dari jauh ketakutan. masalahnya, buya yang tinggi separuh badan sihitam, tak kelihatan dalam kerubutan mereka.pokoknya,dilihat dari segala sudut, buya pasti kalah, selain fisiknya kalah besar, ia juga sudah uzur, kalau adu mulut itu berubah menjadi adu fisik, apalah nanti jadinya? tiba-tiba Buya mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi sambil menggertak orang orang arab itu. Tahu-tahu mereka yang tadinya galak langsung diam dan cepat cepat ngeloyor, pergi.
Suara gedebek-gedebuk dibawah pohon nangka yang tumbuh dihalaman depan rumah Hamka dijalan Raden patah telah menarik perhatian tiga anak-anak Hamka yang melangkah kemasjid untuk shalat shubuh. Ternyata diatas pohon itu telah bertengger seorang maling.Maling itu kemudian disuruh turun, tapi ia berusaha melawan, menghadapi tiga orang, jelas bukan perkara bukan perkara mudah, apabila jenis maling kelas teri, karena sasaranya cuma buah dipohon. dengan mudah mereka menangkap maling itu untuk dihadapkan kepada buya, saat buya tiba, meski dijaga oleh salah seorang putranya Hilmi, simaling masih berusaha melawan, saat itu dua putranya buya yang lain sedang shalat dimasjid, ketika kembali dari masjid dan menemukan sipencuri akan melawan,buya pun segera menyiagakan tongkat yang dibawanya pagi itu.
Berani melawan saya,,!ujar buya simaling ternyata tak berkutik dan langsung menyerah, maaf pak haji, Ampun pak Kaji" Katanya dengan logat tegal, yang mengucapkan Haji dengan kaji. sebelum masuk rumah, Buya menyuruh ketiga anaknya menanyai maling itu.
tapi si maling tidak boleh diapa-apakan.Agiahlah makan,nyo litak itu" kata Buya yang artinya" kalau lapar, beri dia makan"
Setelah sarapan,maling itu berulang-ulang minta maaf kepada buya,Lalu pergi esoknya, simaling itu datang lagi minta pekerjaan apa saja.dia menyesal telah berbuat salah dirumah pak haji yang baik hati itu.
LihatTutupKomentar